Selamat untuk Tim Asiop dan Para Pemain Terbaik
Perhelatan turnamen Indonesia Junior Soccer League Junior U-12 tahun 2018 telah usai. Setelah melalui babak penyisihan awal dengan berada pada peringkat ke-3 di grup Putih di bawah Tunas Bogor dan Erlangga, Asiop Apacinti berhasilkan menuntas keikutsertaanya dalam turnamen IJSL U-12 kali ini dengan tampil sebagai juara.
Berbeda dengan turnamen lainnya, tim SSB yang menjadi juara di turnamen ini tidak secara otomatis mewakili Indonesia ke turnamen berikutnya. Ini sesuai dengan komitmen dan janji panitia bahwa para pemain terbaiklah yang akan mewakili Indonesia di Gothia Cup Cina yang akan diadakan pada bulan Agustus 2018.
Untuk itu, lewat pengamatan tim talent scouter-nya panitia selama turnamen berlangsung, terpilih sebanyak 225 pemain dari berbagai SSB yang dianggap layak dan pantas untuk ikut dalam tahapan seleksi pemain yang akan mewakili Indonesia. Rasa bangga bercampur was-was melanda orang tua dan peserta terpilih. Muncul pertanyaan apakah masing-masing mereka akan lolos seleksi ini dan terpilih mewakili Indonesia. Menyadari hal ini, para orang tua peserta yang menemani anaknya beragam sikapnya. Ada yang terus menyemangati anaknya, ada pula pula yang menyarankan anak agar tampil santai saja. Tidak perlu menjadi beban tampil di seleksi ini. Anggap saja bagian dari latihan dari SSB sendiri. Lolos syukur, tidak lolos tidak apa-apa.
Dengan hanya dua hari waktu seleksi yaitu tanggal 14-15 Mei 2018, bisa ditebak betapa riuhnya suasana dan sibuknya panitia. Dari 225 peserta terpilih, yang akan lolos seleksi hanya 16 orang saja. Langsung dipilih 16 pemain terbaik.
Orang tua yang bekerja dengan sangat terpaksa harus mengambil cuti untuk dapat mendampingi anaknya. Saya salah satunya.
Hari pertama seleksi terdiri dari 4 macam tes. Tes pertama, shooting ke gawang yang kosong. Tendangan meleset dan bola tidak masuk mendapat nilai nol. Tendangan masuk ke gawang bagian tengah mendapat nilai satu. Sedangkan tendangan masuk ke bagian kiri atau kanan gawang mendapat nilai maksimal 2.
Tes kedua, juggling yaitu semacam main sulap dengan bola. Bola ditendang ke atas dan ditendang kembal tetapi tidak boleh menyentuh tanah. Peserta dengan olahan tendangan terbanyak dalam waktu beberapa menit yang diberikan, akan mendapatkan penilaian tertinggi.
Tes ketiga, dribbling yaitu menggiring bola meliuk-liuk melewati pembatas yang dipasang sebagai rintangan. Baik pembatas maupun pemain diharapkan tidak ada yang jatuh. Pemain atau pembatas jatuh akan mengurangi penilaian. Bola ketendang jauh dari pembatas yang mengakibatkan lamanya waktu penyelesaian tes ini akan mengurangi penilaian.
Tes keempat, beep test yaitu tes ketahanan fisik. Peserta diminta berlari sejauh 20 meter lalu berhenti. Setelah aba-aba lalu kembali lari lagi dan berhenti. Begitu seterusnya sampai tidak ada lagi peserta yang bertahan. Peserta dengan jarak tempuh terjauh mendapat penilaian paling bagus.
Selesai keempat tersebut pada hari pertama, pada peserta yang tampil kurang maksimal bisa sedikit bernapas lega. Karena panitia menjanjikan tes hari pertama bukanlah penilaian utama. Tes hari kedua berupa game lah yang paling menentukan. Jika dari hasil penilaian game beberapa pemain mendapat penialan yang sama, baru hasil tes hari pertama dilihat sebagai pembeda.
Atas toleransi dari panitia, karena banyak peserta yang terlambat datang, tes hari pertama yang dijadwalkan dari jam 14.00 – 18.00 pelaksanaannya molor menjadi 14.30 – 18.30. sehingga pada waktu beep test sebagai tes terakhir selesai, suasana sudah gelap karena matahari tidak lagi menampakkan sinarnya.
Belajar dari pengalaman ini, panitia mewanta-wanti, untuk tes hari kedua peserta paling lambat datang pukul 13.30 agar tes bisa selesai lebih cepat. Peserta yang terlambat datang langsung didiskualifikasi.
Mungkin karena ancaman ini, mungkin juga karena merasa tes hari pertama tidak maksimal sehingga harapan lolos sangat tipis, jumlah peserta yang hadir pada hari kedua tidak sebanyak hari pertama.
Tes hari kedua. Tiap peserta, kecuali kiper, mendapatkan jatah dua kali pertandingan untuk unjuk kemampuan. Kiper ada yang mendapat 4 kali jatah menjaga gawang dari serangan pemain lawan.
Sebagai orang awam, saya menebak pasti panitia akan mengalami kerepotan menetapkan hanya 16 orang yang akan menjadi pemain pilihan. Selebihnya berguguran. Peserta dan orang tua kembali deg-degan, sementara panitia dengan segala pengalamannya bekerja seprofesional mungkin.
Di penghujung tes hari kedua mantan pemain nasional, Dede Sulaeman, memberikan wejangan yang menyejukkan hati. Dede menyebutkan bahwa semua peserta yang ikut seleksi ini adalah pemain berbakat. Namun bakat saja tentu tidak cukup untuk menjadi pemain hebat. Bakat harus terus diasah dengan latihan dan latihan. Jangan lupa jaga kesehatan. Makanlah makan yang sehat. Perbanyak makan sayuran. Tidur tidak boleh terlalu malam.
Selesai memberikan wejangan, seluruh peserta mendapat kesempatan untuk berjabat tangan dengan mantan pemain nasional ini. Pastilah menjadi kebanggaan tersendiri bagi peserta bersalaman dengan mantan pemain nasional. Pastilah wejangan dan jabatan tangan ini akan meningkatkan motivasi peserta untuk berlatih lebih giat dan lebih giat lagi.
Tidak banyak waktu. Hanya dua hari. Tepat tanggal 17 Mei 2018, panitia seleksi dengan ketua mantan pemain nasional tahun 1980-an, Dede Sulaeman, telah sampai pada kesimpulan. Sebanyak 16 pemain terpilih dengan Asiop menyumbang pemain terbanyak yaitu sebanyak 3 orang, sedang jatah 13 lagi dibagi rata ke-13 SSB lainnya. Lengkapnya sebagai berikut:
Rifki Tofani Asiop Apacinti
Ashari Asiop Apacinti
Ji Da Bin Asiop Apacinti
Fathurrahman Tunas Bogor
Lurry Glensia RDC Pratama
N Naufal Hirzi Cipta Cendikia FA
M Muthi Maesa Jakarta
M Sultan Akbar Kobamania
Okan Fitroh Intan Soccer
Imanuel Nurcahyo Erlangga
M Fazri Arisandi Putra Pakuan
M Ridho Al Iksan FU 15 FA
Muhammad Raihan Utama Sentul City SS
Zophie Rorey Azriel IRS
Zibran Zaki T-Eleven
David Villa Firdaus Citeureup Raya
Peserta yang belum berhasil tentunya mendapatkan pelajaran dan pengalaman berharga dari proses seleksi ini. Selain itu juga menambah wawasan. Contohnya anak saya Fikri punya pengalaman lucu. Mendapat teman baru Ageng dari Indonesia Muda Semarang, dia merasa logat bahasa Indonesia Ageng lucu. Pengalaman pertama buatnya berbicara dengan anak Semarang. Dia merasa ingin ketawa sendiri setiap mendengar Ageng berbicara. Anak-anak lainnya tentunya punya pengalaman yang tidak kalah berkesan dan tidak kalah seru.
Akhirnya, selamat buat Asiop yang telah menjadi juara.
Selamat buat pemain terbaik yang lolos seleksi.
Semoga kalian berjaya mewakili Indonesia di pentas sepak bola dunia.
Semoga kalian sukses di turnamen Gothia Cup Cina
Yudisrizal, penulis buku PELAJARAN SEDERHANA LUAR BIASA, terbitan Gramedia.
Ayah dari Fikri Yudza Qeisha, peserta turnamen IJSL U 12 dari SSB ProDirect